Tugas Bahasa Indonesia
Karya ilmiah “Kemiskinan”
Disusun Oleh:
1. Dindo Alrikaz Putra
2. Hikmah Nur Immanie
3. Recki Septianda
4. Sherly Rasmiliani
Bab 1
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Kemisikinan
adalah salah satu masalah terbesar di Indonesia, sampai saat ini. Terutama di
jakarta, kota metro politan yang sangat padat untuk orang beradu nasib, tidak
banyak orang yang sukses setelah datang ke jakarta, mungkin masih banyak orang
yang belajar untuk melawan kerasnya
hidup di dunia kerja yang penuh dengan kebohongan, masalah ini bukan hanya
terjadi di jakarta, pontianak,dan palembang saja, tapi di setiap daerah yang
ada di indonesia.
B.
Latar belakang
Kemiskinan
di indonesia di latar belakangi oleh kurangnya taraf pendidikan masyarakat di indonesia, mereka tidak bisa memikirkan
sesuatu yang bisa membuatnya lebih maju. Keterampilan juga termasuk, banyak
budaya indonesia yang dapat menarik perhatian international, contohnya alat
musik daerah yang suaranya unik, pakian daerah yang unik, dan hasil karya tangan budaya anak bangsa. Jika bisa di manfaatkan dengan baik, pasti
berdampak baik juga dengan bertambahnya devisa nergara yang kita miliki.
C.
Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita jelajahi lebih dalam untuk
merumuskan masalah kemiskinan di indonesia
antara lain:
1. definisi kemiskinan.
2. factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.
3. unsur-unsur kemiskinan.
4. usaha-usaha mengatasai kemiskinan.
1. definisi kemiskinan.
2. factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.
3. unsur-unsur kemiskinan.
4. usaha-usaha mengatasai kemiskinan.
D.
TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui definisi kemiskinan.
2. Mengetahui factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.
3. Mengetahui unsur-unsur kemiskinan.
4. Mengetahui usaha-usaha mengatasai kemiskinan
5. untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar ( ISD
2. Mengetahui factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.
3. Mengetahui unsur-unsur kemiskinan.
4. Mengetahui usaha-usaha mengatasai kemiskinan
5. untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar ( ISD
BAB II
ISI
1. Definisi Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Selain definisi di atas masih banyak istilah arti definisi pengangguran
menurut para tokoh, diantaranya:
- Definisi pengangguran menurut Sadono Sukirno
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
- Definisi pengangguran menurut Payman J. Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja berusia angkatan kerja yang
tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu
sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.
- Definisi pengangguran menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja, sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan suatu usaha baru, dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur
harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per
kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan
yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh
lebih banyak orang.
Jenis & macam pengangguran
Ø Berdasarkan
jam kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
·
Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment). Pengangguran terselubung terjadi
jika tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena sesuatu alas an
tertentu. Misalnya, untuk mengerjakan suatu pekerjaan sebenarnya cukup untuk
dilakukan oleh lima orang, tetapi dilakukan oleh tujuh orang. Oleh karena itu,
yang dua orang sebenarnya adalah penganggur, hanya saja tidak kentara.
·
Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja
secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
·
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment. Pengangguran terbuka adalah tenaga
kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Penyebabnya antara lain:
tidak tersedianya lapangan kerja, tidak sesuai antara lapangan kerja denagn
latar belakang pencari kerja, dan tidak berusaha mencari pekerjaan secara keras
karena memang malas.
Ø Berdasarkan
penyebab terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7
macam:
·
Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran
friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan
pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu
memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu
perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
·
Pengangguran konjungtur (cycle unemployment)
Pengangguran
konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh adanya siklus konjungtur
(perubahan kegiatan perekonomian). Perekonomian suatu Negara sering menghadapi
perubahan. Bila permintaan terhadap barang dan jasa turun terjadilah penurunan
permintaan missal terhadap tenaga kerja.
· Pengangguran
struktural (structural unemployment)
Pengangguran
struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi
dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1. Akibat
permintaan berkurang
2. Akibat
kemajuan dan pengguanaan teknologi
3. Akibat
kebijakan pemerintah
·
Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran
musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
·
Pengangguran siklikal
Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
·
Pengangguran teknologi
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga
manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
·
Pengangguran siklus
Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
2. Masalah Pengangguran di Indonesia
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah- masalah sosial lainnya.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran
konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara.
Tingkat kemakmuran
sebuah negara dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi penduduk Negara
tersebut. Semakin tinggi pendapatan perekonomian Negara perkapita, dapat
disimpulkan bahwa kehidupan rakyatnya semakin sejahtera. Tingkat perekonomian
dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakatnya.
Namun, jika terlihat pertumbuhan
perekonomian Negara begitu lambat dan tersendat-sendat, bisa dikatakan tingkat
kesejahteraan rakyatnya belum meningkat dan bisa dan bisa disebut masih banyak
yang menggantungkan hidupnya pada orang lain alias menjadi pengangguran.
Tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
dari minimnya masyarakat yang lulus dari perguruan tinggi untuk membuka peluang
usahannya sendiri.
Pengangguran
di Indonesia meningkat pula dengan semakin berkurangnya lapangan pekerjaan bagi
mereka yang hanya mendapat pendidikan sampai jenjang sekolah lanjut atas.
Perkembangan zaman yang semakin membutuhkan tenaga ahli diberbagai bidang
sesuai spesifikasi keilmuan, menyebabkan para lulusan sekolah lanjut atas hanya
bisa menjadi pegawai toko, buruh pabrik, atau tenaga kebersihan disebuah
perusahaan.
Dan
juga pengangguran bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan dimana
semua orang sama pekanya terhadap kemungkinan itu tidak peduli apapun jenis
kelaminnya, umur, kebangsaan, dan jenis jabatannya dalam masyarakat. Cateris
paribus, tingkat pengangguran adalah lebih tinggi bagi kaum wanita daripada
kaum pria, untuk pekerja kasar daripada pekerja kantoran, bagi kaum remaja
daripada pekerja yang dewasa usianya, dan bagi orang berkulit hitam daripada
kaum berkulit putih.
Tingkat
perbedaan pengangguran menyangkut investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan dalam latihan kerja praktek bagi pekerja. Investasi semacam itu
dilakukan terhadap diri seorang pekerja, investasi itu menjadi suatu biaya yang
terpendam. Perusahaan akan segera memutuskan hubungan kerja dengan segera
seorang pekerja dimana ia sudah melakukan investasi yang besar, sekalipun
produk marjinal pekerja yang sekarang adalah kurang daripada upahnya yang
sekarang. Jadi, dalam periode merosotnya permintaan bagi produk perusahaan,
terutama sekali apabila perusahaan tidak mengetahui dengan pasti
apakah permintaan yang berkurang itu bersifat sementara atau permanen,
perusahaan akan bersedia untuk mengurangi produksinya yang sekarang. perusahaan
dapat mencapai hal ini dengan cara melepaskan dulu para pekerja yang ia tidak
benyak menanam investasi. Jadi, akan terdapat perbbedaan pergeseran dalam
permintaan bagi berbagai maca tipe pekerja yang dipekerjakan oleh perusahaan.
Permintaan bagi pekerja yang kurang atau sedikit sekali mempunyai investasi
dari perusahaan dalam latihan kerja dapat mengalami kemerosotan mencolok,
permintaan akan tenaga kerja terlatih hanya menurun sedikit atau tidak ada sama
sekali.
Dalam kebijakan Pemerintah Pusat dengan kebijakan Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota harus merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung untuk penciptaan dan perluasan kesempatan kerja.
Gerakan Nasional Penanggulangan Pengangguran (GNPP), Mengingat 70 persen
penganggur didominasi oleh kaum muda, maka diperlukan penanganan khusus secara
terpadu program aksi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja khusus bagi kaum
muda oleh semua pihak.
Berdasarkan kondisi diatas perlu dilakukan Gerakan Nasional
Penanggulangan Pengangguran (GNPP) dengan mengerahkan semua unsur- unsur dan
potensi di tingkat nasional dan daerah untuk menyusun kebijakan dan strategi
serta melaksanakan program penanggulangan pengangguran. Salah satu tolok ukur
kebijakan nasional dan regional haruslah keberhasilan dalam perluasan
kesempatan kerja atau penurunan pengangguran dan setengah pengangguran.
Menurut para deklarator tersebut, bahwa GNPP ini dimaksudkan untuk
membangun kepekaan dan kepedulian seluruh aparatur dari pusat ke daerah, serta
masyarakat seluruhnya untuk berupaya mengatasi pengangguran
Dalam deklarasi itu ditegaskan, bahwa untuk itu, sesuai dengan
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sebaiknya segera
dibentuk Badan Koordinasi Perluasan Kesempatan Kerja.
Menyadari
bahwa upaya penciptaan kesempatan kerja itu bukan semata fungsi dan tanggung
jawab Depatemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, akan tetapi merupakan tanggung
jawab kita semua, pihak pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha,
maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penyusunan kebijakan dan
program masing-masing pihak, baik pemerintah maupun swasta harus dikaitkan
dengan penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya.
3. Data Pengangguran di Indonesia
Angka pengangguran di Indonesia masih sangat mencengangkan. Menurut data
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah penganggur terbuka di
Indonesia mencapai 8,32 juta orang atau 7,14 persen dari 116,53 juta orang
angkatan kerja.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111,48
juta orang, bertambah 1,54 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus
2007 sebesar 109,94 juta orang atau bertambah 3,35 juta orang dibanding
Februari 2007 sebesar 108,13 juta orang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai
102,05 juta orang, bertambah 2,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan
pada Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang, atau bertambah 4,47 juta orang jika
dibandingkan dengan keadaan Februari 2007 sebesar 97,58 juta orang.
Jumlah penganggur pada Februari 2008 mengalami penurunan sebesar 584
ribu orang dibandingkan dengan keadaan Agustus 2007 yaitu dari 10,01 juta orang
pada Agustus 2007 menjadi 9,43 juta orang pada Februari 2008, dan mengalami
penurunan sebesar 1,12 juta orang jika dibandingkan dengan keadaan Februari
2007 sebesar 10,55 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2008 mencapai
8,46 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaan Agustus 2007 yang besarnya
9,11 persen, demikian juga terhadap keadaan Februari 2007 yang besarnya 9,75
persen.
Situasi ketenagakerjaan pada bulan Februari 2008, hampir di seluruh
sektor mengalami peningkatan jumlah pekerja jika dibandingkan dengan keadaan
Februari 2007. Sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja tertinggi
berturut-turut yaitu: sektor jasa kemasyarakatan naik 1,82 juta orang serta
sektor perdagangan naik 1,26 juta orang.
Dari sisi gender, partisipasi perempuan dalam lapangan kerja meningkat
signifikan. Selama Februari 2007-Februari 2008, jumlah pekerja perempuan
bertambah 3,26 juta orang dan laki-laki hanya bertambah 1,21 juta orang.
Kenaikan pekerja perempuan terbesar terjadi di sektor perdagangan yaitu 1,51
juta orang dan sektor pertanian sebesar 740 ribu orang.
BPS melakukan survei setiap Februari dan Agustus per tahun, dari hasil
survei diketahui sumber pengangguran dari lulusan SMK sebesar 17,26 persen,
lulusan SMA 14,31 persen, lulusan Universitas 12,59 persen, lulusan Diploma
11,21 persen, lulusan SMP 9,39 persen, lulusan SD dan tidak sekolah 35,24
persen.
Data pengangguran di Indonesia, dapat digolongkan menjadi beberapa segi,
diantaranya:
1. Angka Pengangguran Terbuka di Indonesia
Salah satu jenis pengangguran yang bisa diukur dengan data Sakernas adalah
pengangguran terbuka dan setengah pengangguran.
Pengangguran terbuka artinya
orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan
usaha, sudah punya pekerjaan tapi belum dimulai, dan orang yang merasa tidak
mungkin mendapat pekerjaan.
2. Angka Pengangguran Menurut Umur
Pengangguran di Indonesia sudah mencapai 11 juta (usia 15 tahun keatas)
dan 8,5 juta-nya penduduk usia 15-29 tahun. Pengangguran terbuka banyak terjadi
di usia remaja 15 sampai 29 tahun (23%). Di usia tersebut banyak sekali lulusan
sekolah yang ingin mendapatkan pekerjaan, dari yang baru lulus SMP, SMU maupun
perguruan tinggi termasuk yang tidak sekolah. Sedangkan untuk usia 30-49 tahun,
jumlah penganggurannya tidak terlalu tinggi (hanya 4%).
3. Angka Pengangguran Menurut Perkotaan atau Pedesaan
Kita semua sudah tahu bahwa sebagian besar pekerjaan tersedia lebih
banyak di perkotaan, sekaligus pekerjaan di perkotaan menjajikan lebih banyak
pendapatan. Inilah yang menyebabkan pencari kerja berbondong- bondong ke perkotaan
yang berakibat angka pengangguran terbuka di kota lebih besar (13,3%)
dibandingkan pedesaan (8,4%).
Selain itu yang menarik lagi perempuan penganggur usia 15 tahun lebih di
pedesaan hampir sama dengan penganggur laki-laki di kota. Ini yang mungkin patut
dicermati oleh pemerintah yang ingin mengurangi pengangguran. Penciptaan
lapangan pekerjaan tidak hanya dilakukan di perkotaan, pedesaan-pun butuh
kegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan. Terutama lapangan pekerjaan
yang bisa memperdayakan perempuan yang ingin bekerja dan penghapusan
deskriminasi gender di bidang pekerjaan.
4. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
Tanggal 17 Oktober 2008 lalu komunitas global baru saja merayakan hari
anti kemiskinan se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan adalah simbol
sosial yang nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak masa kolonial hingga saat
ini, predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari bangsa yang potensi
kandungan kekayaan alamnya terkenal melimpah. Cerita pilu kemiskinan seakan
kian lengkap dengan terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa
bumi, tsunami, lumpur panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut
asap. Kantung-kantung kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak
virus ganas, mulai dari lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan,
penganggur, hingga ke kampung-kampung nelayan.
Lepas dari perdebatan indikator yang digunakan, data kemiskinan di
negeri ini terus menunjukkan trend memburuk. Jumlah orang miskin di Indonesia
mencapai 17 persen dari populasi penduduk yang kini telah mencapai angka 220
juta jiwa. Menurut data resmi Susenas (BPS, 2006), jumlah penduduk miskin
meningkat dari 35,10 juta jiwa (15,97 persen) menjadi 29,05 juta jiwa (17,75
persen). Sementara jumlah penganggur menurut data Sakernas (BPS, 2006) juga
terus meningkat dari 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Februari 2005 menjadi
11,1 juta jiwa (10,4 persen) pada Februari 2006.
Padahal, perang melawan kemiskinan sudah ditabuh sejak lama di negeri
ini. Di era Orde Baru, misalnya, pemerintah menggalang berbagai sarana dan cara
untuk mengatasi kemiskinan. Pembangunan fisik digenjot di berbagai bidang,
pertumbuhan ekonomi menjadi fokus perhatian, investasi asing digalakkan,
berbagai jenis skema kredit investasi kecil dan kredit modal kerja digelar,
bahkan utang luar negeri pun ditempuh sebagai alternatif untuk menopang idea of
progress bernama pembangunan. Akan tetapi, seluruh angka-angka keberhasilan
pembangunan yang digarap secara intens selama 30 tahun itu, rontok tersapu krisis
ekonomi dan gejolak politik tahun 1998.
Meski pemerintahan terus berganti, kemiskinan tetap saja menjadi virus
endemis yang terus mendera rakyat. Secara empirik, data pemerintah menunjukkan,
70 persen rakyat kita menggantungkan sumber penghidupannya dari sektor ekonomi
mikro berbasis sumber daya alam terbarukan. Di sektor pertanian, petani kita
telah sejak lama mengembangkan tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan
peternakan. Di sektor kelautan dan perikanan, nelayan kita sanggup
mengembangkan perikanan budi daya, perikanan tangkap, industri bioteknologi
kelautan, dan non-conventional ocean resources. Sementara di sektor kehutanan,
masyarakat kita mampu mengoptimalkan pengelolaan hutan alam, hutan tanaman
industri, dan agroforestry.
Pada level teknis, data tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 23 persen
anggaran pembangunan pemerintah yang tergunakan. Akibatnya, dana pembangunan
yang berjumlah lebih dari Rp 50 triliun parkir di Bank Indonesia. Sementara di
bank pembangunan daerah (pengelola dana pemerintah daerah), lebih dari Rp 40
triliun juga parkir dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dana
“menganggur” ini semestinya bisa digunakan untuk membantu percepatan
pertumbuhan sektor riil agar mampu menyerap tenaga kerja dan mengentaskan
kemiskinan.
5. Faktor penyebab pengangguran di Indonesia
Usaha mengatasi pengangguran bukanlah kewajiban pemerintah semata.
Seluruh penduduk Indonesia diharapkan partisipasinya untuk mengatasi masalah
ini. Walau, bukan hal mudah, pengangguran pasti bisa ditangani bila pemerintah
dan masyarakat saling bekerja sama.
Faktor penyebab pengangguran sendiri seringdiciptakan oleh dirinya
masing-masing. Penyebabnya pun bisa secara disengaja ataupun tidak. Faktor apa
saja yang sering atau mungkin muncul dari diri kita yang menyebabkan
terciptanya pengangguran dan tidak adanya lapangan kerja. Sebenarnya kesulitan
lapangan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama:faktor Pribadi dan faktor
sosial ekonomi.
Pertama: Faktor Pribadi
Dalam hal ini penyebab pengangguran bisa disebabkan oleh kemalasan,
cacat/udzur dan rendahnya pendidikan dan ketrampilan. Penjelasannya sebagai
berikut :
1. Rasa malas dan ketergantungan diri
pada orang lain.
Misalnya ada seorang lulusan sarjana yang kemudian tidak mau bekerja dan
lebih suka menggantungakan hidup pada orang tua atau pada pasangannya bila
sudah menikah. Ia termasuk menjadi pengangguran, selain itu ia melewatkan
peluang untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan bagi orang lain. Bila banyak
lulusan sekolah seperti itu, tingkat pengangguran tentu akan sangat tinggi.
2. Cacat
Dalam sistem kapitalis hukum yang diterapkan adalah ‘hukum rimba’.
Karena itu, tidak ada tempat bagi mereka yang cacat/uzur untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak.
3. Pendidikan Rendah
Tidak bisa dipungkiri, tingkat pendidikan yang rendah bisa menyebabkan
seseorang untuk sulit mendapatkan pekerjaan. Kalau ingin menciptakan lapangan
kerja sendiri, tetap akan kesusahan karena pola piker dan pengetahuannya tidak
berkembang. Ini bukanlah hal mutlak, tetap ada beberapa orang yang berhasil
memiliki pekerjaan walau hanya berpendidikan rendah.
4. Kurang keterampilan
Banyak orang yang walau lulusan SMP atau SMA, tetap sukses dibidang
tertentu karena memiliki suatu keterampilan. Keterampilan yang dimaksud tentu
bermacam-macam.
5. Tidak mau berwirausaha
Bila banyak lulusan sekolah tidak terlalu focus dalam melamar kerja tapi
menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri atau membuat lapangan kerja yang
berguna bagi orang lain, pastilah angka pengangguran di Indonesia bisa ditekan
bahkan bisa jadi tidak ada lagi yang menganggur.
6. Faktor Kemiskinan.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan ”uang jerih payah”. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.
Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ”ada orang dalam” yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan ”uang jerih payah”. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.
7. Faktor Keahlian
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain.
Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain.
Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
8. Faktor Budaya
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
9. Faktor Pasaran
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.
Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut.
10. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan
menerapkan sistem pegawai kontrak (outsourcing).
Perusahaan-perusahaan saat ini lebih sering menerapkan sistem tersebut
karena dinilai lebih menguntungkan mereka. Apabila mempunyai pegawai tetap,
mereka akan dibebankan pada biaya tunjangan ataupun dana pension kelak ketika
pegawai sudah tidak lagi bekerja. Namun dengan sistem pegawai kontrak ini,
mereka bisa seenaknya mengambil pegawainya ketika butuh atau sedang ada proyek
besar dan kemudian membuangnya lagi setelah proyek tersebut sudah berakhir. Dan
tentunya hal ini akan membuat perusahaan tidak perlu membuang biaya
besar. Namun sistem ini membuat munculnya pengangguran
11. Penyediaan dan pemanfaat tenaga kerja antar daerah tidak
seimbang.
Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari
kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah
ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.
Kedua: faktor sistem sosial dan ekonomi
Faktor ini merupakan penyebab utama meningkatnya pengangguran di
Indonesia, di antaranya:
1. Ketimpangan antara
penawaran tenaga kerja dan kebutuhan
Tahun depan diperkiraan akan muncul pencari tenaga kerja baru sekitar
1,8 juta orang, sedangkan yang bisa ditampung saat ini dalam
sektor formal hanya 29%. Sisanya di sektor informal atau menjadi pengangguran.
2. Kebijakan Pemerintah yang tidak
berpihak kepada rakyat
Banyak kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan
menimbulkan pengangguran baru, Menurut Menakertrans, kenaikan BBM kemarin telah
menambah pengangguran sekitar 1 juta orang.
Kebijakan Pemerintah yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi
bukan pemerataan juga mengakibatkan banyak ketimpangan dan pengangguran.
Banyaknya pembukaan industri tanpa memperhatikan dampak lingkungan telah
mengakibatkan pencemaran dan mematikan lapangan kerja yang sudah ada.
3. Pengembangan sektor ekonomi non-real
Dalam sistem ekonomi kapitalis muncul transaksi yang menjadikan uang
sebagai komoditas yang di sebut sektor non-real, seperti bursa efek dan saham
perbankan sistem ribawi maupun asuransi. Sektor ini tumbuh pesat. Nilai
transaksinya bahkan bisa mencapai 10 kali lipat daripada sektor real.
Peningkatan sektor non-real juga mengakibatkan harta beredar hanya di
sekelompok orang tertentu dan tidak memilki konstribusi dalam penyediaan
lapangan pekerjaan.
4. Banyaknya tenaga kerja wanita
Jumlah wanita pekerja pada tahun 1998 ada sekitar 39,2 juta. Jumlah
ini terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah tenaga kerja wanita ini
mengakibatkan persaingan pencari kerja antara wanita dan laki-laki. Akan
tetapi, dalam sistem kapitalis, untuk efesiensi biaya biasanya yang diutamakan
adalah wanita karena mereka mudah diatur dan tidak banyak menuntut, termasuk
dalam masalah gaji. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya pengangguran di pihak
laki-laki.
6. Dampak pengangguran di Indonesia
Ada beberapa hal yang terjadi sebagai akibat dari dampak pengangguran di
Indonesia. Dampak tersebut tidak hanya berpengaruh pada orang bersangkutan,
namun juga memberikan pengaruh yang bersifat negative. Diantaranya adalah:
Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa
memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan
sehari-harinya. Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya
dibawah Rp 7.500 perharinya (berdasarkan standar Indonesia) sementar
berdasarkan standar kemiskinan PBB yaitu pendapatan perharinya di bawah $2
(sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
· Makin
beragamnya tindak pidana kriminal.
Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam hidupnya
terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun seorang pengangguran
dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti mencuri,
mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
· Bertambahnya
jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para
pengamen atau pengemis yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena
mereka tak segan-segan mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak
diberi uang.
· Terjadinya
kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan
kekuasaan.
· Terganggunya
kondisi psikis seseorang.
Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah ekonomi, terjadi pencurian
dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat kesehatan dan gizi
masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
· Masyarakat
tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya.
Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional
rill (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dapipada pendapatan
potensial (yang seharusnya) oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
· Pendapatan
nasional dari sector pajak berkurang.
Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan
kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun.
Dengan demikian pajak yang harus diterima dari masyarakat pun akan menurun.Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintaha pun akan
berkutang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
· Pengangguran
tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan
terhadap barang-barang produksi akan berkuran. Keadaan demikian
tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau
pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga
pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
7. Cara mengatasi pengangguran di Indonesia
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai solusi mengatasi pengangguran
di Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan Mobilitas Tenaga kerja
dan Moral.
Peningkatan mobilitas tenaga kerja dilakukan dengan memindahkan pekerja
ke kesempatan kerja yang lowong dan melatih ulang keterampilannya sehingga
dapat memenuhi tuntutan kualifikasi di tempat baru. Peningkatan mobilitas modal
dilakukan dengan memindahkan industry (padat karya) ke wilayah yang mengalami
masalah pengangguran parah. Cara ini baik digunakan untuk mengatasi msalah
pengangguran structural.
2. Pengelolaan Permintaan Masyarakat.
Pemerintah dapat mengurangi pengangguran siklikal melalui manajemen yang
mengarahkan permintaan-permintaan masyarakat ke barang atau jasa yang tersedia
dalam jumlah yang melimpah.
3. Penyediaan Informasi tentang
Kebutuhan Tenaga Kerja.
Untuk mengatasi pengangguran musiman, perlu adanya pemberian informasi
yang cepat mengenai tempat-tempat mana yang sedang memerlukan tenaga kerja.
Masalah pengangguran dapat muncul karena orang tidak tahu perusahaan apa saja
yang membuka lowongan kerja, atau perusahaan seperti apa yang cocok dengan
keterampilan yang dimiliki. Masalah tersebut adalah persoalan informasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diadakan system informasi yang
memudahkan orang mencari pekerjaan yang cocok. System seperti itu antara lain
dapat berupa pengumuman lowongan kerja di kampus dan media massa. Bias juga
berupa pengenalan profil perusahaan di sekolah-sekolah kejuruan, kampus, dan
balai latihan kerja.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi baik digunakan untuk mengatasi pengangguran
friksional. Dalam situasi normal, pengangguran friksional tidak mengganggu
karena sifatnya hanya sementara. Tingginya tingkat perpindahan kerja justru
menggerakan perusahaan untuk meningkatkan diri (karir dan gaji) tanpa harus
berpindah ke perusahaan lain.
Menurut Keynes, pengangguran yang disengaja terjadi bila orang lebih
suka menganggur daripada harus bekerja dengan upah rendah. Di sejumlah Negara,
pemerintah menyediakan tunjangan/santunan bagi para penganggur. Bila upah kerja
rendah maka orang lebih suka menganggur dengan mendapatkan santunan penganggur.
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini diperlukan adanya dorongan-dorongan
(penyuluhan) untuk giat bekerja.
Pengangguran tidak disengaja, sebaliknya, terjadi bila pekerja
berkeinginan bekerja pada upah yang berlaku tetapi tidak mendapatkan lowongan
pekerjaan. Dalam jangka panjang masalah tersebut dapat diatasi dengan
pertumbuhan ekonomi.
5. Mendirikan
tempat-tempat pelatihan keterampilan,
misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK
(Balai Latihan Kerja) yang didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk
cara mengatasi pengangguran, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun
bisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah mereka miliki.
6. Sebagai
antisipasi, pelajar perlu diberi pendidikan non formal.
Pendidikan non formal bisa berupa keterampilan khusus, kemampuan
berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta diarahkan untuk menjadi lulusan
sekolah yang mempu menciptakan suatu lapangan pekerjaan. Bukan semata-mata
sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar pekerjaan.
7. Mendorong
majunya pendidikan
Biar bagaimanapun, pendidikan merupakan faktor utama seseorang dalam
memilih dan mendapatkan pekerjaan. Walaupun masih banyak para sarjana yang
menjadi pengangguran, namun biasanya apabila seseorang mau bekerja dalam suatu
prusahaan, pendidikan adalah salah satu hal yang dipersyaratkan.
8. Program
pelatihan kerja
Pengangguran kebanyakan disebabkan oleh masalah tenaga kerja yang tidak
terampil dan ahli. Selain berpendidikan, perusahaan lebih menyukai calon
pegawai yang sudah memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Masalah
tersebut amat relevan di Negara kita, mengingat sejumlah besar penganggur
adalah orang yang belum memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Program
ini dapat berjalan dengan baik apabila ada saling kerja sama antara pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
9. Meningkatkan
dan mendorong kewiraswastaan
Masalah pengangguran menjadi sedikit terpecahkan apabila muncul
keinginan untuk menciptakan lapangan
usaha sendiri atau berwiraswasta yang berhasil. Cara ini sebenarnya
berpeluang besar dalam mengurangi pengangguran dalam masyarakat, karena dalam
berwiraswasta tidak menuntut pendidikan yang tinggi. Namun biasanya yang
dibutuhkan hanya sedikit modal dan keuletan dalam menjalankan usahanya.
10. Meningkatkan program
transmigasi
Tingkat pengangguran yang dialami masyarakat terutama yang berada di
Pulau Jawa dapat sedikit teratasi apabila masyarakat bersedia untuk ikut
program transmigrasi. Apalagi kalau kita melihat masyarakat yang tinggal di
daerah kumuh di kota-kota besar. Daerah di luar Pulau Jawa lebih banyak
menyediakan lapangan pekerjaan. Baik peluang berwiraswasta maupun
pekerjaan di perusahaan lebih terbuka lebar. Apalagi bagi Anda yang mempunyai
pendidikan tinggi, tidaklah terlalu sulit untuk mencari pekerjaan dengan gaji
yang besar.
11. Mengintensifkan program
keluarga berencana
Seperti yang telah kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara
dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jadi apabila masalah keluarga
berencana ini tidak dijalankan secara efektif, dapat dipastikan pengangguran di
Indonesia akan semakin bertambah.
12. Mengikuti bisnis online
Apabila dijalankan dengan serius, sebenarnya cara ini cukup berhasil
dalam mengurangi pengangguran bahkan mengatasi kemiskinan di suatu negara.
Dalam menjalankan bisnis
online sangatlah mudah dapat dijalankan semua orang, karena tidak
diperlukan modal yang besar (minimal untuk sewa warnet), tidak usah memikirkan
tempat usaha, dan tidak memerlukan pendidikan yang tinggi. Dengan penghasilan
yang tidak kalah dengan pekerjaan di dunia nyata.
13. Dibukanya lapangan
pekerjaan baru yang dapat menerima para pengangguran di wilayahnya.
Seperti: memberi fasilitas dan mempermudah pengusaha dalam negeri untuk
membuka lapangan kerja baru, memajukan produksi kerajinan tangan, memberi
kepercayaan pada hasil produksi dalam negeri,digalakan penjualan produksi usaha
dalam negeri agar usaha dalam negeri dapat membuka lapangan pekerjaan yang
lebih luas.
14. Memperbaiki kejiwaan,
mental dan moralitas para pengangguran untuk melakukan hal yang berguna dan
berdampak positif.
Seperti; pembinaan mental, pengajaraan untuk taat beragama, memperbaiki
karakter, memiliki kepribadian yang baik, memperbaiki kapasitas dan kualitas
yang menjadikan diri diterima di lapangan pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Pertumbuhan ekonomi memberikan
peluang kesempatan kerja baru ataupun memberikan kesempatan industri untuk
meningkatkan output yang berdampak pada peningkatan penggunaan factor produksi,
salah satunya yaitu tenaga kerja, sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
2. Krisis ekonomi tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran dapat diterima. Sektor agrikultur dan
sector informal di perkotaan diduga mampu menyerap angkatan kerja yang mendapat
tekanan dari rasionalisasi pekerja akibat kontraksi perekonomian, khususnya di
sector agrikultur.
3. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan
atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu
negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu
menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan
baik. Namun tentunya dengan jumlah pengangguran yang terus membengkak akan
menghambat laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dan hal ini tentunya tidak
bisa didiamkan terus menerus, pemerintah harus tanggap dalam menghadapi masalah
perekonomian yang paling kronis ini.
Daftar Pustaka
Alrikaz, Dindo. (1984). Kemiskinan Di Perkotaan. Jakarta: Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras untuk memaki ataupun menggunakan kata-kata kotor!